Jumat, 15 Juni 2012

Tumbuhan Sebagai Obat Gangguan Pencernaan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai beragam budaya, suku, dan bangsa. Indonesia juga  negara yang beragam akan kekayaan alam. Semua terbenang dari Sabang sampai Meraoke. Kekayaan tersebut berupa flora dan fauna yang beragam macam, bentuk, dan fungsinya baik bagi manusia atau bagi lingkungan. Kekayaan itu berasal dari hutan dan laut Indonesia yang luas dan melimpah akan hasil alam yang tak terbatas.
Di Indonesia ini terdapat berbagai macam tumbuhan yang tumbuh dengan subur. Tumbuhan-tumbuhan tersebut ada yang di gunakan sebagai bahan pangan, sandang, dan papan serta sebagai obat untuk menyembuhkan dan mencegah beberapa macam penyakit. Tumbuhan yang berkhasiat obat yang di miliki oleh Indonesia sangat banyak sekali bahkan mungkin masih ada tumbuhan yang mempunyai beberapa manfaat yang belum diketahui.
Orang Indonesia belum menggunakan tumbuhan-tumbuhan yang berakhisiat obat yang ada di sekitarnya secara maksimal. Ada yang sudah tahu tentang khasiatnya tapi tak sedikit dari mereka yang menggunakan obat-obatan kimia karena dianggap lebih instan dan cepat penggunaannya. Ada juga yang masih belum mengerti akan manfaat tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Dengan alasan itulah, kami mencoba untuk memberikan sedikit keterangan tentang tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat yang biasanya diolah secara tradisional terutama yang diketahui berkhasiat sebagai obat gangguan pencernaan. Semoga dengan ini bisa member pengetahuan yang membawa banyak manfaat bagi masyarakat luas.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1.   Apa sajakah contoh tumbuhan yang mempunyai manfaat untuk mengobati gangguan pencernaan?
2.   Bagaimanakah morfologi atau ciri-ciri dari tumbuhan-tumbuhan tersebut?
3.   Apa manfaat umum tumbuhan-tumbuhan tersebut???



1.3 Tujuan
Tujuan pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk mengetahui tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat gangguan pencernaan
2.   Untuk mengetahui morfologi atau cirri-ciri dari tumbuhan-tumbuhan tersebut
3.   Untuk mengetahui manfaat lain tumbuhan-tumbuhan tersebut


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jambu Biji (Psidium guajava L)



Sistematika:
 Kingdom         Plantae
       Divisio            Magnoliophyta
                Classis         Magnoliopsida                               
                        Ordo             Myrtales   
                                Familia          Myrtaceae
                                         Genus        Psidium
                                                Species        Psidium guajava L.                               
(Arisandi, 2008).
Nama lokal:
Psidium guajava (inggris/belanda); jambu biji (indonesia)
Jambu klutuk, Bayamas, tetokal, Tokal (Jawa); Jambu klutuk
Jambu Batu (sunda); jambu bender (madura)

Deskripsi  tumbuhan:
A.  Habitat
Tanaman jambu biji (Psidium guajava)ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut (Arisandi, 2008).

B.  Habitus
Menurut  Steenis (2006), menyatakan bahwa jambu biji (Psidium guajava) termasuk tanaman perdu atau pohon kecil yang mempunyai banyak cabang dan ranting dengan tinggi 3-10 m.

C.  Morfologi Secara Umum
1.   Daun (folium)
Daun jambu biji (Psidium guajava) tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja sehingga disebut daun bertangkai. Daun jambu biji termasuk daun tunggal, bersilang berhadapan, bertangkai pendek 3mm sampai 7 mm, dan pada cabang-cabang mendatar seolah-olah tersusun dalam dua baris pada satu bidang (Hembing, 006).
Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut (Tritosoepomo, 2005):
a.   Bangun daun (Circumscription)
Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunnya berada ditengah-tengah dan bangun daunnya termasuk berbentuk jorong (ovalis atau ellipticus) karena mempunyai perbandingan panjang : lebarnya adalah ½ - 2.
b.  Ujung Daun (Apek Folli)
Ujung daun jambu biji berbentuk tumpul (obtutus), yaitu tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan membentuk sudut 900.
c.   Pangkal Daun (Basis Folii)
Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu biji ini, adalah tumpul (obtusus).
d.  Susunan tulang – tulang daun (Nervatio atau Venatio)
Daun jambu biji memiliki susunan tulang daun menyirip (penninervis), daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang- tulang cabang, sehingga susunannya menyerupai susunan sirip -sirip pada ikan.
e.   Tepi daun (Margo Folli)
Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer).
f.    Daging daun (Intervinium)
Sifat – sifat lain yang perlu diperhatikan antara lain :
·      Warna
Jambu biji (Psidium guajava) mempunyai daging daun berwarna hijau
·      Permukaan daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin dan mengkilat jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih banyak terhadap warna hijaunya, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus).

Secara ringkas menurut Kartasapoetra (1996), menyatakan bahwa daun-daun jambu biji yang berbau aromatik dan berasa sepat tersebut mempunyai uraian makroskopiknya sebagai berikut:
1.   Daun tunggal, berwarna hijau keabuan
2.   Helai-helai daun berbentuk jorong sam[ai bulat memanjang
3.   Ujung daun meruncing sedang pangkal daun meruncing pula tetapi membulat
4.   Berukuran panjang antar 6 cm sampai 15 cm, lebar antar 3 cm sampai 7,5 cm, sedang tangkainya kurang 1 cm
5.   Daun berambut penutup pendek, tampak berbintik-bintik yang sungguhnya merupakan rongga-rongga lisigen, warnanya gelap, daalm keadaan terendam air menjadi tembus cahaya.

2.   Batang (Caulis)
Batang jambu biji (Psidium guajava) termasuk batang berkayu, berbentuk bulat, dengan permukaannyan licin, berwarna cokelat kehijauan, dan ruas tangkai teratas berbentuk segiempat tajam (Steenis, 2006).
Percabangan batang termasuk percabangan simpodial, yaitu batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus). Jambu biji termasuk tumbuhan bienial, yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, dari tumbuh sampai berbuah memerlukan waktu kurang lebih 2 tahun (Tritosoepomo, 2005).

3.    Akar (Radix)
Jambu biji memiliki sistem perakaran akar tunggang yang bercabang (ramosus) yaitu akar tunggang yang berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas sehingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak (Steenis, 2006).

4.   Bunga
Bunga pada jambu biji merupakan bunga tunggal yang terletak di ketiak daun, bertangkai yang terdiri dari kelopak dua mahkota yang masing – masing terdiri atas 4 – 5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, dan tidak merapat memiliki benang sari yang banyak dan berkelopak, berhadapan dengan daun – daun mahkota memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah bakal buah tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik (Arisandi, 2008).
Menurut Steenis (2006), menyatakan bahwa perbungaan jambu biji terdiri 1 sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga jambu biji termasuk bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar bunga yang berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti mentega. Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm. pinggiran tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama.bulat telur, warna hijau kekuningan. Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang.

5.   Buah
Jambu biji memiliki buah sejati tunggal yang berdaging dan berbentuk bulat. Buah jambu biji dikelompokkan ke dalam buah sejati tunggal karena buah ini terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji (Komandoko, 2008).
6.   Biji
Menurut Steenis (2006), menyatakan bahwa biji jambu biji berbentuk bulat, keci-kecil, jumlahnya banyak dan terdapat pada daging buahnya.

D.  Manfaat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwasanya jambu biji mempunyai kandungan nutrisi sebagai berikut (Hembing, 2006):
1.    Vitamin C (yang terkandung daalm kulitnya memliki 5 kali lipat vitamin C dibanding dengan jeruk).
2.    Vitamin A dan B
3.    Kalsium
4.    Asam Nicotinic
5.    Phosphorus Fosfor
6.    Potassium
7.    Zat Besi
8.    Asam Folic
9.    Serat

Dengan kandungan nutrisi yang terkandung di dalamnya tersebut, maka manfaat Jambu biji untuk kesehatan khususnya pada masalah saluran pencernaan, di antaranya adaalh sebagai berikut (Hembing, 2006):
1.   Diare dan disentri: jambu biji sangat kaya zat pengikat (persenyawaan zat yang terkandung dalam jambu dengan zat dalam mulut pada saat mebguyah daun jambu atau buji mentah maka akan merasa segar) zat tersebut yang membnatu mengikat usus pada penderita diare.
jambu biji mengandung zat alkaline alami, desinfektan dan anti bakteri sehingga membantu dalam penyembuhan disetri yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba dan mengurangi produksi lender yang berlebih dari usus.
Selanjutnya dengan kandungan lain dalam jambu biji seperti vitamin C dan Potasium Carotenoids akan membentu memperkuat sistem pencernaan dalam mengatasi bakteri tersebut.
2.   Sembelit: salah satu zat yang bermanfaat yang terkandung dalam jambu biji adaalh serat pangan, serat ini berguna untuk mencegah berbagai penyakit degerative, seperti kanker usus besra (kanker kolon) karena sifatnya yang bisa larut dalam air sehinga dapat membantu pengeluaran residu hasil produksi tubuh yang tidak bermanfaat lagi melalui proses buang air besar.
Menurut penelitian bahwa tidak lancarnya pembuangan kotoran (sembelit) dapat mengakibatkan 72 buah jenis penyakit sehingga dengan lancarnya proses pembuangan yang dihasilkan dari pencernaan tersebut sangat baik untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan.



2.2 Adas (Anethum graveolens L)


Sistematika:
Kingdom          Plantae
        Divisio           Magnoliophyta   
     Classis          Magnoliopsida
 Ordo               Apiales
          Familia          Apiaceae
       Genus          Anethum
     Species      Anethum graveolens L.
                                                                                                (Arisandi, 2008).



Nama lokal:
Hades (sunda); adas londa, adas landi (jawa); adas (madura)-adas (Bali); wala wungu (Sumba); Daun pedas (melayu); adeh, Manih (minangkabau); papaato (manado); popoas (alfuru); denggu-denggu (gorontalo); papaato (Buol); porotomo (Baree); Kumpasi (sangir Talaud); adasa, rempasu (makasar); adase (Bugis); Hsiao hui (cina); Phong karee, mellet karee (Thailand); Jintann Mapis (malaysia); Barisaunf, Madhurika (Ind.I Park); Fennel, commaon fennel,  sweet fennel, Fenkel, spigel (1)

Deskripsi Tumbuhan:
A.  Habitat
Tumbuhan adas (Foeniculum vulgare Mill) ini dapat hidup di dataran rendah hingga ketinggian 1.800 m di atas permukaan laut. Namun akan tumbuh lebih baik di dataran tinggi (Arisandi, 2008).

B.  Habitus
Menurut Arisandi (2008), menyatakan bahwa adas termasuk jenis tumbuhan terna berumur panjang, dengan tinggi mencapai 50 cm-2 m, tumbuh merumpun. Satu rumpun biasanya terdiri dari 3-5 batang.

C.  Morfologi Secara Umum
1.   Daun (Folium)
Daun Adas (Foeniculum vulgare Mill) termasuk dalam daun majemuk menyirip ganda dengan sirip-sirip yang sempurna dan letak daunnya berseling. Daun adas ini dapat tumbuh sepanjang 40 cm (Agoes, 2010).
Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut (Tritosoepomo, 2005):
a.    Bangun/bentuk daun (Circumscriptio)
Daun Adas mempunyai bentuk daun seperti jarum atau disebut bangun jarum (acerosus), serupa dengan bangun paku, lebih kecil,dan meruncing panjang.
b.    Ujung (Apek Folli)
Ujung daun adas berbentuk runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan dankiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 900.)
c.    Pangkal Daun (Basis Folli)
Sama seperti ujung daun adas, pangkal daun adas juga berbentuk runcing (acutus), yang biasanya juga terdapat pada daun bangun memnajang, lanset, belah ketupat, dll.
d.    Susunan Tulang-tulang Daun (Nervatio atau Venatio)
Tumbuhan adas mempunyai susunan tulang daun sejajar. Hal ini dapat diketahui dari bentuk daun tumbuhan adas yang berbentuk pita.
e.    Tepi Daun (Margo Folli)
Daun adas (Foeniculum vulgare Mill) memiliki tepi daun yang rata (integer)
f.     Daging Daun (Intervenium)
Daun adas (Foeniculum vulgare Mill) tumbuh sepanjang 40 cm, berbentuk pita, dengan segmen terakhir dalam bentuk rambut, kira-kira selebar 0,5 mm. Letak daun berseling dan termasuk dalam dalam daun mejemuk menyirip ganda dengan sirip-sirip yang sempurna bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berseludang warna putih. Seludang berselaput dengan bagian atasnya berbentuk topi (Arisandi, 2008)

2.   Batang (Caulis)
Batang tumbuhan adas berwarna  hijau kebiruan, beralur, dan beruas serta , berlubang. Selain itu, batang tumbuhan adas juga berbau sedap dan wangi, serta batang membentuk percabangan yang cukup banyak 90 (Arisandi, 2008).

Tidak ada komentar: