Senin, 18 Juni 2012

PTERIDOPYYTA


 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Davallia sp.

Gb.1 Davallia sp.

Sistematika Takson :
Kingdom          Plantae
Divisio             Pteridophyta
Classis             Filicinae
Ordo                Davalliales
Famila             Polypodiceae
Genus                         Davallia
Spesies           Davallia sp
                                                                                                (Hartini, 2006)

A.  Habitat
Davallia sp merupakan salah satu tumbuhan paku yang beasal dari ordo Davalliales familia Polypodiacea yang ditemukan di taman wisata Cangar, Malang. Davallia sp. termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain (epifit). Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu. Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya (Hartini, 2006).
Menurut (Sunarmi, 2004), penyebaran Davallia sp. meliputi Asia tropika, Polinesia dan Australia. Tumbuh pada dataran rendah terutama pada daerah-daerah disekitar pantai.

B.  Habitus
Davallia sp. memiliki perawakan herba. Tumbuhnya merumpun tetapi ukurannya kecil (Sudarso, 2005).

C.  Morfologi
1.   Akar
Davallia mempunyai akar berupa serabut (Sulisetjono, 2011):

Gb. 2 Akar Davallia sp.

2.   Batang
Davallia sp. memiliki batang yang berbentuk rimpang. Tangkai atau batangnya berwarna coklat kehitaman taruntai halus dengan ukuran ± 0.2 cm dengan percabangan monopodial. Rimpangnya merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Spesies ini merupakan epifit dan termasuk paku tanah yang isospor Rimpangnya kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Bila tumbuhan ini masi muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat (Iwatsuki, 2006).
Menurut Mustofa (2009), davallia mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Berdasarkan pengamatan mengenai davallia ini dapat disimpulkan bahwa cirri morfologinya adalah “   Rimpang panjang-merayap, biasanya tebal, bersisik padat dengan peltate atau sisik berbentuk hati. Stipe telanjang, diartikulasikan ke rimpang. Lamina daun pada spesies Thailand halus dibedah, biasanya deltoid, seperti kulit untuk chartaceous, hijau, gundul. bulat Sori, terletak di ahir uratnya, biasanya dekat dengan margin, indusial berada di bagian dasar dan berbentuk cangkir (Iwatsuki. 1985:157)
3. Daun
Daun berbentuk segitiga 60 – 100 kali 40 – 70, seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang bebas. Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi yang bergerigi atau beringgit serta daun yang kaku. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Warna daun hijau sampai hijau tua (Sunarmi, 2006).

                                                Gb. 3 Daun Davallia sp.

4. Ental
Entalnya berjumbai, panjangnya sampai 1m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Indusia berbentuk hampir menyerupai corong. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri (Sunarmi, 2004).
Gb.4 Ental Davallia sp

5. Spora
Davallia sp. memiliki sorus yang bulat atau memanjang, dimana sorus ini terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun, dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium berlekatan pada permukaan daun sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun. (sunarmi, 2004).

          Gb.5 Spora Davallia sp
6. Siklus Hidup
Gb.6 Siklus Hidup Davallia sp

Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku (Perwati, 2009).


      
(a)                                                       (b)

(c)                                                      (d)

Gb.7 Bagian-bagian penting Davallia sp (a. Indusium berbentuk corong, b. Spora ditepi daun ,c. Daun berbentuk segitiga, d. spora dibawah mikroskop)

D.  Manfaat
Davallia sp. Memiliki bentuknya cukup menarik sebagai tanaman hias. Dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka. Pernah dilaporkan bahwa paku tertutup mengandung asam hidrosianik (Perwati, 2009).

2.2 Adiantum tenerum


Sistematika Takson
Kingdom          Plantae
Divisio             Pteridophyta
Classis             Pteridopsida
Ordo                Pteridales
Familia                        Adiantaceae
         Genus                Adiantum
                    Species         Adiantum tenerum
                                                                        (Hartini, 2006)
                                                           
A.  Habitat
Habitat Adiantum tenerum adalah di tempat-tempat yang lembab pada tanah-tanah cadas yang agak kering, berbatu-batu dan pada tembok-tembok yang telah tua dan berlumut. Dapat tumbuh dengan subur, baik di dataran rendah maupu di dataran tinggi. Sering pula ditemukan tumbuh di tepi-tepi sungai tumbuh bersama jenis paku lainnya (sulisetjono, 2011).
Menurut (),kelompok familia Adiantaceae berasal dari Hindia Barat. Sekarang tersebar merata di seluruh deerah tropika. Dari semua jenis Adiantaceae jenis ini merupakan jenis yang paling dulu sebagai tanaman hias. Sekarang di daerah bogor merupakan jenis yang paling umum ditanam dalam pot maupun di pekarangan.
B.  Habitus
Menurut Sastrapraja (1980), menyatakan bahwa Adiantum tenerum memiliki perawakan herba atau agak berkayu. Bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.

C.  Morfologi
Sebagai tumbuhan paku-pakuan, Adiantum tenerum atau lebih dikenal paku suplir merupakan paku yang  tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Suplir merupakan tumbuhan berumpun, karena anaknya banyak. Rumpun itu sendiri cepat terbentuk dan tumbuh anaknya sehingga rapat, batangnya tidak nampak.  Sering membentuk rimpang di dalam tanah. Anakan keluar di rimpangnya. Panjang entalnya antara 35-65 cm. Tangakainya hitam mengkilat dan licin. Entalnya bercabang-cabang. Dari setiap cabang tersebut keluar cabang lagi. Anak-anak daunnya mengalami masa gugur yang sama. Bentuk helaian daun agak memanjang, dengan tepi bagian bawah agak merata. Bagian ujung daun melekuk membentuk delta tempat spora yang tertutup dalam indusia. Pada setiap ental terdapat beberapa helai daun yang ujungnya berindusia. Bentuknya memanjang mengikuti cupingan tersebut (Sudarso, 2005).
Menurut Hartini (2006), Adiantum tenerum memiliki susunan daunnya majemuk menyirip atau menyirip ganda beberpa kali. Vena bercabang dikotom dengan ujung bebas. tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Sorus dilindungi indisium beebenruk ginjal dan juga dilindungi tepi daun yang melekuk.
Sorus berada dibawah permukaan daun letaknya tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun (Hartini, 2006).
Sorus pada  Adiantum tenerum melindungi diri pada waktu mudanya dengan membentuk indisium. Indisium pada Adiantum tenerum tergolong indisium palsu, yaitu indusium yang bukan merupakan perkembangan dari epidermis daun, tetapi terbentuk dari tepi daun yang melekuk. Adiantum tenerum memiliki bentuk indisium  memanjang (Hartini, 2006).


Gb. Sori  Adiantum tenerum

Gb. Sorus Adiantum tenerum  yang dilindungi indisium

Sedangkan sporangium pada Adiantum tenerum terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sporangium adalah bentukan tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. Spora berbentuk tetrahedral (Hartini, 2006).
Adiantum tenerum memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora. terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain (Widiastutu, 2006).
Ental pada Adiantum tenerum bergulung melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi. Ental merupakan daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang bebeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lain (Widiastutu, 2006).
Selain ciri-ciri umum, Adiantum tenerum  juga mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat membedakannya dengan tumbuhan paku lainnya , yaitu antara lain (Sunarmi, 2004):
a.   Terdapat vernasi bergelung
b.   Tidak ada dimorfisme
c.   Tidak ada daun tereduksi
d.   Tidak ada daun sarang
e.   Tidak ada ligula
f.    Tidak ada daun daun penumpu (stipula)

D.  MANFAAT
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium (Purwati, 2006).
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul (Purwati, 2006).

2.3 Pteris sparsa


Sistematika Takson:
Kingdom          Plantae
Divisio             Pteridophyta
                     Classis                Pteridopsida
Ordo                Pteridales
Familia            Pteridaceae
                                                            Genus                         Pteris
                                                           Spesies           Pteris sparsa
                                                                                                (Mustofa, 2009).

Deskripsi :
A.  Habitat :
Secara umum, Pteris merupakan tanaman terestrial atau batu. Jenis paku ini hidup di tempat-tempat terbuka dan tanah yang kering sangat disenanginya. Bahkan jenis ini juga tumbuh pada batu-batuan di sekitar kawah atau pada tepi sungai dan menyukai kelembapan, banyak dijumpai tumbuh ditebing-tebing atau menempel pada batang paku tiang, teutama yang sudah mati. Di tanah liat atau tanah berbatu yang berpasir. Tamannya jarang tumbuh berkelompok, melainkan lebih umum dijumpai bersama-sama terna serta rumput lainnya. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu ( mustofa, 2009).

B. Habitus
Menurut Hartini (2006),tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan herba atau agak berkayu.

C. Morfologi
1. Akar
Akar paku ini adalah serabut yang tidak bercabang atau monopodial. Terletak pada seluruh permukaan rimpang, bentuk akar tipis dan kasar berwarna coklat (sunarmi, 2004).
2. Batang
Jenis paku ini berbatang pendek, yang tumbuh tegak. Bentuk batangnya bulat simetridorsiventral dan tumbuh tegak memanjang. Tangkai entalnya licin ada yang berwarna ungu gelap kehitaman, mengkilap, memanjang, menyamping keseluruhan (Sunarmi, 2004).
Permukaan batang terdapat ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang halus ada yang berwarna hitam, coklat kehitaman, merah kecoklatan, kuning kecoklatan, kuning dan kadang-kadang putih (tergantung jenisnya) yang terdapat pada rimpang atau sering pula pada tangkai daun, tulang dan urat daun. Ramenta mudah lepas sehingga pada masa tua tidak terdapat sama sekali (Widiastutu, 2006)
Rimpangnya juga pendek sekali, sehingga ental-entalnya membentuk rumpun kecil. Pada bagian pangkal tangkai entalnya tumbuh bulu-bulu, glabrous atau bersisik distal, dengan 1 (biasanya 2 atau lebih) bundel vaskuler. Entalnya tersusun oleh anak-anak ganda (Widiatutu, 2006).
3. Daun
Berdasarkan tulang daunnya, paku ini mempunyai tulang daun dengan system percabangan terbuka.Helaian daun membujur panjang yang berbentuk pisau pembedah, berjumlah 1 – 4 menyirip, merupakan rumput-rumputan kasar, abxial dan adaxial glabrous atau kadang-kadang bersisik, adaxial tumpul, tulang punggung lurus. Segmen-segmen terakhir dari helaian tangkai sessile pendek, linear membujur-berbentuk pisau pembedah, lebar 1,5-8 mm, bagian dasar menyempit atau yang membatasi dengan tangkai (Hartini, 2006).
Daun berwarna hijau, pada bidang yang menyamping membentuk indusia palsu yang merata, indusium palsu merupakan perkembangan dari epidermis daun, tetapi terbentuk dari tepi daun yang melekuk. Indusia palsu terdapat pada daun yang masih muda (Mustofa, 2009).
4. Sorus
Tidak semua daun pada Pteris memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril (Sastropraja, 1980).

Gb. Sorus Pteris sparsa

Sorus dilindungi oleh indusium palsu yaitu pelindung yang terjadi karena pelipatan tepi daun. Sorinya tersebar dipermukaan daunnya, sepanjang uratnya dan membentuk barisan yang tidak tertutup. Pada jenis Pteris tertentu sorinya berwarna kuning emas, dan karena hampir seluruh permukaan bawah tertutup oleh sori, maka warnannya menjadi kuning emas. Warna dari sporanya bermacam-macam tergantung jenisnya diantaranya yaitu cokelat, trilete, tetrahedral, rugate dan tuberculate, biasanya dengan tonjolan yang mengarah ke pinggi. Sporangia intramarginal, sori biasanya saling bersinambungan atau saling melekat satu sama lain kecuali pada segmen pinna atau puncak dan sinus, terdapat paraphyses (Sudarso, 2005).
D. Daur hidup paku Pteris (homospor)
Spora yang jatuh ditempat sesuai akan tumbuh menjadi badan berbentuk lembaran yang disebut prothalium atau gametofit. Spora layaknya biji pada tanaman tingkat tinggi. Biji yang tumbuh menjadi menjadi tanaman dewasa, sedangkan spora tumbuh menjadi prothalium atau gametofit (purwati. 2009).
Ketika sperma bertemu dengan sel telur terjadi penggabungan materi genetik dihasilkan sel dengan materi genetik yang lengkap. Sel gabungan ini (zigot) merupakan awal dari pertumbuhan tanaman paku. Zigot ini terletak di dalam dan dilindungi oleh struktur gametofit, selanjutnya akan tumbuh menjadi sporofit atau paku dewasa ( mustofa, 2009).
Tumbuhan paku memiliki dua bentuk tubuh yaitu bentuk gametofit (n), dan bentuk sporofit (2n). Reproduksi terjadi dengan cara pergiliran keturunan sporofit dengan keturunan gametofit yang dikenal dengan istilag metagenesis (Mustofa, 2009).
Ciri generasi gametofit:
  1. Spora yang jatuh di tempat yang lembab akan tumbuh menjadi prothalium.
  2. Prothalium merupakan lembaran yang berbentuk hati, pada permukaan bawah terdapat rhizoid, permukaan atas terdapat gamet (antheridia dan archegonia)

E. Manfaat
Segi keindahan jenis ini cukup berpotensi untuk tanaman hias. Pemeliharaannya pun tidak terlalu sukar. Sebenarnya jenis ini berasal dari amerika tropik, dan didatangkan untuk tanaman hias. Jenis paku ini pun lebih banyak digunakan sebagai tanaman ground cover apabila ditanam secara bergerombol, karena mempunyai perawakan yang kecil dan pendek (Purwati, 2009).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan paku yang telah dilakukan di Hutan Raya Roi Suryo Malang dan didukung beberapa literatur dapat disimpulakan bahwasanya banyak jenis tumbuhanpaku yang ditemukan di daerah hutan tersebut. Beberapa di antara adalah yang berasal dari familia Davalliaceae yang diwakili Davallia sp., Adiantaceae yang diwakili Adiantum tenerum., dan Pteridaceae yang diwakili Pteris sparsa.
Davallia sp. mmepunyai karakteristik daun majemuk menyirip panda, rimpang merayap panjang, sorus dengan indusium berbentuk corong. Spora tetrahedral hidup di tanah. Adiantum tenerum karakteristik daun majemuk menyirip atau menyirip ganda beberapa kali., vena bercabang dikotom dengan ujung bebas. Sorus dilindungi indusium bentuk ginjal dan juga dilindungi oleh tepi daun yang menekuk. Spora tetrahedral. Hidup di tanah.
Sedangkan Pteris sparsa berbatang pendek, tegak, tinggi 50-80 cm, bagian pangkal dan ujung tangkai daun ditutupi oleh sisik berwarnacoklat tua yang panjangnya 4-5 mm. Tangkai daun ungu tua, mengkilat, langsing, beralur di bagian atas, panjang 10-40 cm. Daun panjang 30-40 cm, bagian ujung 10-15 cm, berbentuk segitiga, bercuping hampir seperti ke rakis, ±6-12 pasang, lebar cuping 5-10 mm. Panjang anak daun 7-15 cm, lebar helaian di atas tulang daun 3-6 cm, helaian dibawah tulang daun bercuping, 3-6 buah, menyempit, panjang 4 cm. Tekstur tipis, urat daun menonjol ke kedua permukaan, bercabang. Daun fertil lebih sempit dari daun steril, tetapi bentuknya sama, mendukung sori di sepanjang dekat tepi daun dan tidak mencapai bagian ujung cuping


DAFTAR PUSTAKA
Hartini, Sri. 2006. Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang Sumatera Barat dan Aklimatisasinya di Kebun Raya Bogor. Bogor. Vol: 7 No (3). Diakses Tanggal 31 Maret 2012
Iwatsuki, dkk. 1985. Flora Of Thailand volume three part two. Bangkok : TEM STIMINAND
Mustofa, Imam.  2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung: FPMIPA UPI.
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Jawa Barat. Vol; 11 No (2). Diakses Tanggal 31 Maret 2012. Tjitrosoepomo, gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press
Sastrapradja, S., J. J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. hlm. 7
Sudarso, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sulisetjono. 2011. Bahan Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Fakultas SAINTEK Malang
Sunarmi. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Daerah Malang. Malang. Vol: 10 No (70-74). Diakses Tanggal 31 Maret 2012
Widhiastutu, Retno. Dkk. 2006. Struktur Dan Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan Di Kawasan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Vol. 13 No. 8. Diakses Tangal 31 Maret 2012










Tidak ada komentar: