BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Davallia sp.
Gb.1 Davallia sp.
Sistematika Takson :
Kingdom Plantae
Divisio Pteridophyta
Classis Filicinae
Ordo Davalliales
Famila Polypodiceae
Genus Davallia
Spesies Davallia
sp
(Hartini, 2006)
A. Habitat
Davallia sp merupakan salah satu tumbuhan paku yang beasal dari ordo
Davalliales familia Polypodiacea yang ditemukan di taman wisata Cangar, Malang.
Davallia sp. termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada
tumbuhan lain (epifit). Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya
menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau
batu-batu. Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh
bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya
(Hartini, 2006).
Menurut (Sunarmi, 2004), penyebaran
Davallia sp. meliputi Asia tropika, Polinesia dan Australia. Tumbuh pada
dataran rendah terutama pada daerah-daerah disekitar pantai.
B. Habitus
Davallia sp. memiliki perawakan herba. Tumbuhnya merumpun tetapi
ukurannya kecil (Sudarso, 2005).
C. Morfologi
1. Akar
Davallia mempunyai akar berupa serabut (Sulisetjono, 2011):
Gb. 2 Akar Davallia sp.
2. Batang
Davallia sp. memiliki batang yang berbentuk
rimpang. Tangkai atau batangnya berwarna coklat kehitaman taruntai halus dengan
ukuran ± 0.2 cm dengan percabangan monopodial. Rimpangnya merayap dan
memperlihatkan batang yang nyata. Spesies ini merupakan epifit dan termasuk
paku tanah yang isospor Rimpangnya kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar.
Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang
padat, warnanya coklat terang. Bila tumbuhan ini masi muda rimpangnya ditutupi
sisik-sisik padat (Iwatsuki, 2006).
Menurut Mustofa (2009), davallia mempunyai Rimpang yang
kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih
muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat
terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut
segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap,
mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit.
Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah
sekali terlihat dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah
lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara
seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Berdasarkan pengamatan mengenai davallia ini dapat
disimpulkan bahwa cirri morfologinya adalah “ Rimpang
panjang-merayap, biasanya tebal, bersisik padat dengan peltate atau sisik
berbentuk hati. Stipe telanjang, diartikulasikan ke rimpang. Lamina daun pada
spesies Thailand halus dibedah, biasanya deltoid, seperti kulit untuk
chartaceous, hijau, gundul. bulat Sori, terletak di ahir uratnya, biasanya
dekat dengan margin, indusial berada di bagian dasar dan berbentuk cangkir
(Iwatsuki. 1985:157)
3. Daun
Daun berbentuk segitiga 60 – 100
kali 40 – 70, seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun
bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang bebas.
Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi yang bergerigi atau beringgit serta
daun yang kaku. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat,
sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Warna daun hijau sampai hijau tua
(Sunarmi, 2006).
Gb.
3 Daun Davallia sp.
4. Ental
Entalnya berjumbai, panjangnya sampai 1m. Bentuk ental
tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat
gelap, mengkilat. Indusia berbentuk hampir menyerupai corong. Panjang dan
lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan
untuk memperbanyak diri (Sunarmi, 2004).
Gb.4 Ental Davallia sp
5. Spora
Davallia sp. memiliki sorus yang bulat atau
memanjang, dimana sorus ini terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang
tepi daun, dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal
dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium berlekatan pada permukaan daun
sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi
daun. (sunarmi, 2004).
Gb.5 Spora
Davallia sp
6. Siklus Hidup
Gb.6 Siklus Hidup Davallia sp
Tumbuhan paku
terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi
sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuahan
paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan
generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin).
Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih
lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit
tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya
kita lihat sebagai tumbuhan paku (Perwati, 2009).
(a) (b)
(c)
(d)
Gb.7
Bagian-bagian penting Davallia sp (a. Indusium berbentuk corong, b.
Spora ditepi daun ,c. Daun berbentuk segitiga, d. spora dibawah mikroskop)
D.
Manfaat
Davallia sp. Memiliki bentuknya cukup menarik
sebagai tanaman hias. Dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun
tempat-tempat yang terbuka. Pernah dilaporkan bahwa paku tertutup mengandung
asam hidrosianik (Perwati, 2009).
2.2 Adiantum tenerum
Sistematika Takson
Kingdom Plantae
Divisio Pteridophyta
Classis Pteridopsida
Classis Pteridopsida
Ordo Pteridales
Familia Adiantaceae
Genus Adiantum
Species Adiantum tenerum
Familia Adiantaceae
Genus Adiantum
Species Adiantum tenerum
(Hartini, 2006)
A. Habitat
Habitat Adiantum tenerum adalah di
tempat-tempat yang lembab pada tanah-tanah cadas yang agak kering, berbatu-batu
dan pada tembok-tembok yang telah tua dan berlumut. Dapat tumbuh dengan subur,
baik di dataran rendah maupu di dataran tinggi. Sering pula ditemukan tumbuh di
tepi-tepi sungai tumbuh bersama jenis paku lainnya (sulisetjono, 2011).
Menurut (),kelompok familia Adiantaceae berasal
dari Hindia Barat. Sekarang tersebar merata di seluruh deerah tropika. Dari
semua jenis Adiantaceae jenis ini merupakan jenis yang paling dulu
sebagai tanaman hias. Sekarang di daerah bogor merupakan jenis yang paling umum
ditanam dalam pot maupun di pekarangan.
B. Habitus
Menurut Sastrapraja (1980), menyatakan bahwa Adiantum tenerum memiliki
perawakan herba atau agak berkayu. Bermacam-macam,
pada Adiantum
Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak
dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena
umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang,
permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan
percabangan monopodial.
C. Morfologi
Sebagai tumbuhan paku-pakuan, Adiantum
tenerum atau lebih dikenal paku suplir merupakan paku yang tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.
Suplir merupakan tumbuhan berumpun, karena anaknya banyak. Rumpun itu sendiri
cepat terbentuk dan tumbuh anaknya sehingga rapat, batangnya tidak nampak. Sering membentuk rimpang di dalam tanah.
Anakan keluar di rimpangnya. Panjang entalnya antara 35-65 cm. Tangakainya
hitam mengkilat dan licin. Entalnya bercabang-cabang. Dari setiap cabang
tersebut keluar cabang lagi. Anak-anak daunnya mengalami masa gugur yang sama.
Bentuk helaian daun agak memanjang, dengan tepi bagian bawah agak merata. Bagian
ujung daun melekuk membentuk delta tempat spora yang tertutup dalam indusia.
Pada setiap ental terdapat beberapa helai daun yang ujungnya berindusia.
Bentuknya memanjang mengikuti cupingan tersebut (Sudarso, 2005).
Menurut Hartini (2006), Adiantum tenerum memiliki
susunan daunnya majemuk menyirip atau menyirip ganda beberpa kali. Vena
bercabang dikotom dengan ujung bebas. tulang daunnya menyirip atau sporofil
(daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya
hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Sorus
dilindungi indisium beebenruk ginjal dan juga dilindungi tepi daun yang
melekuk.
Sorus berada dibawah permukaan daun letaknya
tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangiumnya
yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Indisium yaitu membran
penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun (Hartini, 2006).
Sorus pada Adiantum tenerum melindungi diri pada
waktu mudanya dengan membentuk indisium. Indisium pada Adiantum tenerum tergolong
indisium palsu, yaitu indusium yang bukan merupakan perkembangan dari epidermis
daun, tetapi terbentuk dari tepi daun yang melekuk. Adiantum tenerum memiliki
bentuk indisium memanjang (Hartini,
2006).
Gb. Sori Adiantum tenerum
Gb. Sorus Adiantum tenerum yang dilindungi indisium
Sedangkan sporangium pada Adiantum tenerum
terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sporangium adalah bentukan
tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora
yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. Spora
berbentuk tetrahedral (Hartini, 2006).
Adiantum tenerum memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain.
daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan
kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora. terlindungi oleh
sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam
mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan
lain (Widiastutu, 2006).
Ental pada Adiantum tenerum bergulung melingkar, dimana pinula
(anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun
memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi. Ental merupakan daun
paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang bebeda dengan daun tumbuh-tumbuhan
lain (Widiastutu, 2006).
Selain ciri-ciri umum, Adiantum tenerum juga mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat
membedakannya dengan tumbuhan paku lainnya , yaitu antara lain (Sunarmi, 2004):
a.
Terdapat
vernasi bergelung
b.
Tidak
ada dimorfisme
c.
Tidak
ada daun tereduksi
d.
Tidak
ada daun sarang
e.
Tidak
ada ligula
f.
Tidak
ada daun daun penumpu (stipula)
D. MANFAAT
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi
penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di
dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya
bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya.
Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium (Purwati, 2006).
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus
memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki
hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya
adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan
memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru
akan muncul (Purwati, 2006).
2.3 Pteris sparsa
Sistematika Takson:
Kingdom Plantae
Divisio Pteridophyta
Classis Pteridopsida
Ordo Pteridales
Familia Pteridaceae
Genus Pteris
Spesies Pteris sparsa
(Mustofa,
2009).
Deskripsi :
A. Habitat :
Secara umum, Pteris
merupakan tanaman terestrial atau batu. Jenis paku ini hidup di tempat-tempat
terbuka dan tanah yang kering sangat disenanginya. Bahkan jenis ini juga tumbuh
pada batu-batuan di sekitar kawah atau pada tepi sungai dan menyukai
kelembapan, banyak dijumpai tumbuh ditebing-tebing atau menempel pada batang
paku tiang, teutama yang sudah mati. Di tanah liat atau tanah berbatu yang
berpasir. Tamannya jarang tumbuh berkelompok, melainkan lebih umum dijumpai
bersama-sama terna serta rumput lainnya. Rimpangnya menjalar pada permukaan
batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu ( mustofa, 2009).
B. Habitus
Menurut Hartini (2006),tumbuhan paku ini merupakan
tumbuhan herba atau agak berkayu.
C. Morfologi
1. Akar
Akar paku ini adalah serabut yang tidak
bercabang atau monopodial. Terletak pada seluruh permukaan rimpang, bentuk akar
tipis dan kasar berwarna coklat (sunarmi, 2004).
2. Batang
Jenis paku ini berbatang pendek, yang tumbuh tegak. Bentuk batangnya bulat simetridorsiventral
dan tumbuh tegak memanjang. Tangkai entalnya licin ada yang berwarna ungu gelap
kehitaman, mengkilap, memanjang, menyamping keseluruhan (Sunarmi, 2004).
Permukaan batang terdapat ramenta yaitu
bentukan seperti rambut atau sisik yang halus ada yang berwarna hitam, coklat
kehitaman, merah kecoklatan, kuning kecoklatan, kuning dan kadang-kadang putih
(tergantung jenisnya) yang terdapat pada rimpang atau sering pula pada tangkai
daun, tulang dan urat daun. Ramenta mudah lepas sehingga pada masa tua tidak
terdapat sama sekali (Widiastutu, 2006)
Rimpangnya juga pendek sekali, sehingga
ental-entalnya membentuk rumpun kecil. Pada bagian pangkal tangkai entalnya
tumbuh bulu-bulu, glabrous atau bersisik distal, dengan 1 (biasanya 2 atau
lebih) bundel vaskuler. Entalnya tersusun oleh anak-anak ganda (Widiatutu, 2006).
3. Daun
Berdasarkan tulang daunnya, paku ini mempunyai
tulang daun dengan system percabangan terbuka.Helaian daun membujur panjang
yang berbentuk pisau pembedah, berjumlah 1 – 4 menyirip, merupakan
rumput-rumputan kasar, abxial dan adaxial glabrous atau kadang-kadang bersisik,
adaxial tumpul, tulang punggung lurus. Segmen-segmen terakhir dari helaian
tangkai sessile pendek, linear membujur-berbentuk pisau pembedah, lebar 1,5-8
mm, bagian dasar menyempit atau yang membatasi dengan tangkai (Hartini, 2006).
Daun berwarna hijau, pada bidang yang
menyamping membentuk indusia palsu yang merata, indusium palsu merupakan
perkembangan dari epidermis daun, tetapi terbentuk dari tepi daun yang melekuk.
Indusia palsu terdapat pada daun yang masih muda (Mustofa, 2009).
4. Sorus
Tidak semua daun pada Pteris memiliki
sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut
daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan
kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna
hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya.
Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang
kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril (Sastropraja, 1980).
Gb. Sorus Pteris sparsa
Sorus dilindungi oleh indusium palsu yaitu
pelindung yang terjadi karena pelipatan tepi daun. Sorinya tersebar dipermukaan daunnya,
sepanjang uratnya dan membentuk barisan yang tidak tertutup. Pada jenis Pteris
tertentu sorinya berwarna kuning emas, dan karena hampir seluruh permukaan
bawah tertutup oleh sori, maka warnannya menjadi kuning emas. Warna dari
sporanya bermacam-macam tergantung jenisnya diantaranya yaitu cokelat, trilete,
tetrahedral, rugate dan tuberculate, biasanya dengan tonjolan yang mengarah ke
pinggi. Sporangia intramarginal, sori biasanya saling bersinambungan atau saling
melekat satu sama lain kecuali pada segmen pinna atau puncak dan sinus,
terdapat paraphyses (Sudarso, 2005).
D. Daur hidup paku Pteris (homospor)
Spora yang jatuh ditempat
sesuai akan tumbuh menjadi badan berbentuk lembaran yang disebut prothalium
atau gametofit. Spora layaknya biji pada tanaman tingkat tinggi. Biji yang
tumbuh menjadi menjadi tanaman dewasa, sedangkan spora tumbuh menjadi
prothalium atau gametofit (purwati. 2009).
Ketika sperma bertemu
dengan sel telur terjadi penggabungan materi genetik dihasilkan sel dengan
materi genetik yang lengkap. Sel gabungan ini (zigot) merupakan awal dari
pertumbuhan tanaman paku. Zigot ini terletak di dalam dan dilindungi oleh
struktur gametofit, selanjutnya akan tumbuh menjadi sporofit atau paku dewasa (
mustofa, 2009).
Tumbuhan paku memiliki dua
bentuk tubuh yaitu bentuk gametofit (n), dan bentuk sporofit (2n). Reproduksi
terjadi dengan cara pergiliran keturunan sporofit dengan keturunan gametofit
yang dikenal dengan istilag metagenesis (Mustofa, 2009).
Ciri generasi gametofit:
- Spora yang jatuh di tempat yang lembab akan tumbuh menjadi prothalium.
- Prothalium merupakan lembaran yang berbentuk hati, pada permukaan bawah terdapat rhizoid, permukaan atas terdapat gamet (antheridia dan archegonia)
E. Manfaat
Segi keindahan jenis ini cukup berpotensi untuk
tanaman hias. Pemeliharaannya pun tidak terlalu sukar. Sebenarnya jenis ini
berasal dari amerika tropik, dan didatangkan untuk tanaman hias. Jenis paku ini
pun lebih banyak digunakan sebagai tanaman ground cover apabila ditanam secara
bergerombol, karena mempunyai perawakan yang kecil dan pendek (Purwati, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan
paku yang telah dilakukan di Hutan Raya Roi Suryo Malang dan didukung beberapa
literatur dapat disimpulakan bahwasanya banyak jenis tumbuhanpaku yang
ditemukan di daerah hutan tersebut. Beberapa di antara adalah yang berasal dari
familia Davalliaceae yang diwakili Davallia sp., Adiantaceae yang
diwakili Adiantum tenerum., dan Pteridaceae yang diwakili Pteris
sparsa.
Davallia sp. mmepunyai karakteristik daun majemuk menyirip panda, rimpang
merayap panjang, sorus dengan indusium berbentuk corong. Spora tetrahedral hidup
di tanah. Adiantum tenerum karakteristik daun majemuk menyirip atau
menyirip ganda beberapa kali., vena bercabang dikotom dengan ujung bebas. Sorus
dilindungi indusium bentuk ginjal dan juga dilindungi oleh tepi daun yang
menekuk. Spora tetrahedral. Hidup di tanah.
Sedangkan Pteris sparsa berbatang
pendek, tegak, tinggi 50-80 cm, bagian pangkal dan ujung tangkai daun ditutupi
oleh sisik berwarnacoklat tua yang panjangnya 4-5 mm. Tangkai daun ungu tua,
mengkilat, langsing, beralur di bagian atas, panjang 10-40 cm. Daun panjang
30-40 cm, bagian ujung 10-15 cm, berbentuk segitiga, bercuping hampir seperti
ke rakis, ±6-12 pasang, lebar cuping 5-10 mm. Panjang anak daun 7-15 cm, lebar
helaian di atas tulang daun 3-6 cm, helaian dibawah tulang daun bercuping, 3-6
buah, menyempit, panjang 4 cm. Tekstur tipis, urat daun menonjol ke kedua permukaan,
bercabang. Daun fertil lebih sempit dari daun steril, tetapi bentuknya sama,
mendukung sori di sepanjang dekat tepi daun dan tidak mencapai bagian ujung
cuping
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, Sri. 2006.
Tumbuhan Paku di Cagar Alam Sago Malintang Sumatera Barat dan Aklimatisasinya
di Kebun Raya Bogor. Bogor. Vol: 7 No (3). Diakses Tanggal 31 Maret 2012
Iwatsuki, dkk. 1985.
Flora Of Thailand volume three part two. Bangkok : TEM STIMINAND
Mustofa, Imam. 2009. Petunjuk praktikum Botani
Phanerogamae. Bandung: FPMIPA UPI.
Perwati, Lilih
Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap Variasi Ukuran
Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Jawa Barat. Vol; 11 No
(2). Diakses Tanggal 31 Maret 2012. Tjitrosoepomo, gembong. 2009. Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press
Sastrapradja, S., J.
J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia.
Lembaga Biologi Nasional, Bogor. hlm. 7
Sudarso, dkk. 2005. Taksonomi
Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sulisetjono. 2011. Bahan
Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Fakultas SAINTEK Malang
Sunarmi. 2004. Inventarisasi
Tumbuhan Paku di Daerah Malang. Malang. Vol: 10 No (70-74). Diakses
Tanggal 31 Maret 2012
Widhiastutu, Retno.
Dkk. 2006. Struktur Dan Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan Di Kawasan Gunung
Sinabung Kabupaten Karo. Vol. 13 No. 8. Diakses Tangal 31 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar