LAPORAN KULIAH
KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI
TUMBUHAN TINGGI
DI KEBUN RAYA PURWODADI
Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetjono, M.si
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Disusun oleh
:
Kelompok IV
1. Uswatun Hasanah (10620081)
2. Elik Sutriani (10620084)
3. Nur Mudawamah (10620101)
4. Hafid Khoirul Anwar (10620091)
5. Luluk Lugiati Sholikhah (10620093)
6. Novi Endah Rarangsari (10620110)
7. Ni’matur Rohmah (10620109)
8. Intan Rafika Permata Hati (10620102)
Asisten
Pembimbing :
NIM :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan praktikan :
Kelompok IV
1. Uswatun Hasanah (10620081)
2. Elik Sutriani (10620084)
3. Nur Mudawamah (10620101)
4. Hafid Khoirul Anwar (10620091)
5. Luluk Lugiati Sholikhah (10620093)
6. Novi Endah Rarangsari (10620110)
7. Ni’matur Rohmah (10620109)
8. Intan Rafika Permata Hati (10620102)
telah disahkan sebagai
salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan pada Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
Malang,
13 April 2012
Koordinator Kuliah Kerja Lapangan Asisten Pembimbing
NIM.
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Syukur
alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Kuliah Kerja Lapangan praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi ini dengan baik dan
lancar.
Laporan
ini disusun dengan mendapatkan arahan-arahan ataupun penjelasan dari
pembimbing. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Drs, SulisetIjono, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi
Tumbuhan Tinggi
2.
Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si selaku dosen pengampu
sekaligus pembimbing praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi
3.
Kakak-kakak asisten
4.
Rekan-rekan semua yang telah memberi dorongan semangat
kepada kami
5.
Pihak-pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan
satu-persatu yang juga telah ikut membantu kami atas arahan dan bimbingan yang
bermanfaat hingga terwujudnya laporan ini.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya serta
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penulisan laporan yang akan
datang. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin-min Ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Malang,
13 April 2012
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 1
1.3 Manfaat.................................................................................................. 1
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 2
2.1
Sruktur Vegetasi
Hutan Tropika Basah................................................. 2
2.2
Iklim Daerah Tropik............................................................................... 3
2.3
Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah........................................ 8
BAB
III. METODE PENELITIAN........................................................................... 26
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian.............................................................. 26
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 26
3.3 Langkah Kerja..................................................................................... 26
BAB
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................ 28
4.1 Kebun Raya Purwodadi..................................................................... 28
4.2
Hasil.................................................................................................... 29
BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 47
a.
Kesimpulan.......................................................................................... 47
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................. 48
LAMPIRAN............................................................................................................ 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kali kita menemukan berbagai macam pepohonan yang
secara sengaja atau tidak sengaja kita lihat. Pepohonan tersebut adalah sesuatu
yang tidak asing bagi kita. Walau pun demikian namun terkadang ada kalanya kita
tidak mengetahui nama-nama dari pepohonan tersebut baik secara nama local atau
nama ilmiahnya. Hal ini mungkin karena kita masih kurang peduli dengan hal
tersebut.
Pepohonan
tersebut tidak bukan hanya kita temukan di sekitar kita tidak jarang di antara
kita sudah sering menggunakannya. namun karena kita tidak mengetahui nama atau
sesuatu yang berkaitan dengan pohon tersebut, kita tidak mampu menggunakannya
secara maksimal atau terkadang kita tidak pernah menggunakannya karena kita menganggap
bahwa pohon tersebut tidak ada manfaatnya.
Oleh
karena itu, di Kebun Raya Purwodadi kita
belajar tentang pohon-pohon yang termasuk Gymnospermae, tidak hanya unutk
mengenal spesies-spesies dari berbagai family, mengetahui nama local atau pun
nama ilmiahnya serta sistematika, morfologi dan manfaatnya. Kunjungan ini tidak
terbatas pada pengidentifikasian pohon-pohon yang termasuk gymnospermae saja.
Tetapi juga kita akan belajar tentang tata cara mengherbarium tanaman dengan
benar.
1.2
Tujuan
- Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
- Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
1.3
Manfaat
Manfaat
dilaksanakan kuliah kerja lapangan ini untuk mengetahui macam-macam dari
tumbuhan berbiji yang ada di kebun raya purwodadi, serta dapat
mengklasifikasikan dari beberapa famili dengan berbagai macam spesies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah
Hutan
basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika
Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di
hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat
sinar matahari dan curah hujan yang cukup.
Ciri-ciri
bioma hutan basah antara lain :
- Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
- Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
- Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
- Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
- Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)
6. Di daerah tropis umumnya temperaturnya tinggi
dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan dua
faktor tersebut dilahirkan berbagai zonasi atau pengelompokan vegetasi dengan
cara-cara yang berbeda.
Klasifikasi berdasarkan kedua hal tersebut dilakukan antara lain oleh :
- de Martone (1926)
- Koeppen (1936)
- Koeppen dan Trewartha (1943) dan
- Lauer (1952).
- Koeppen dan Trewartha (1943) dan
- Lauer (1952).
Klasifikasi
menurut Koeppen (1936), Koeppen dan Trewartha (1943) merupakan klasifikasi yang
paling banyak digunakan. Sistem ini didasarkan pada pengaruh iklim terhadap
pertumbuhan vegetasi yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima kelompok besar
yaitu :
-Iklim Hutan Tropis (A)
-Iklim Tropis Kering (B)
-Iklim Savana
-Iklim Stepa
- Iklim Gurun
2.2 Iklim Daerah Tropik
Tropika adalah daerah di permukaan bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di
selatan. Tropis adalah bentuk ajektivanya.
Area ini
terletak di antara 23.5° LU dan 23.5° LS, dan mencakup seluruh bagian Bumi yang
dalam setahun mengalami dua kali saat Matahari tepat berada di atas kepala (di
utara GBU dan di selatan GBS Matahari tidak pernah mencapai ketinggian 90° atau
tepat di atas kepala). Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti "berputar",
karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang
disebut tahun.
Tumbuhan dan
hewan tropis adalah spesies yang hidup di daerah tropis tersebut. Istilah
tropis juga kadangkala digunakan untuk menyebut tempat yang hangat dan lembap
sepanjang tahun, walaupun tempat itu tidak terletak di antara dua garis balik.
Tumbuhan daerah tropis biasanya berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau jika
memiliki perilaku peluruh mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau
durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah. Wilayah
tropis di seluruh dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis ("seluruh
tropis"), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua, seperti Amerika
tropis, atau Asia tropis.
Tropis dapat
didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isoterm 20® C di
sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23½° lintang
utara dan 23½° lintang selatan. Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim
tropis dapat dibedakan menjadi daerah tropis kering yang meliputi padang pasir,
stepa, dan savana kering dan daerah tropis lembap yang meliputi hutan tropis,
daerah-daerah dengan angin musim dan savana lembap.
Daerah Tropis Kering Meliputi :
1. Padang pasir dan stepa
1. Padang pasir dan stepa
Daerah-daerah di sekitar garis lintang 15 °
dan 30 ° utara dan selatan merupakan daerah-daerah yang termasuk tropis kering
termasuk negara-negara sahara, Timur Tengah, Iran, Pakistan, Nambibia, dan
pedalaman Australia. Keadaan lansekap yang berupa padang pasir dan setengah
padang pasir menjadikan kondisi di daerah ini kering dan tandus, kurang
vegetasi.
2. Daerah savana kering
Daerah ini merupakan daerah peralihan dari
tropika lembap ke tropika kering meliputi pegunungan Brasilia, Paraguay,
Senegal, Sudan selatan, Zimbabwe, dan Tanzania. Ciri khusus lansekapnya berupa
stepa semak belukar dan padang rumput, padang pasir sampai hutan rimba dengan
rumput tinggi. Hutan berduri yang rendah dan semak berduri merupakan ekosistem
yang ada di daerah ini. Terdapat tiga musim yaitu panas, dingin, dan hujan,
dimana kondisi bulan terpanas, sangat panas dan lembap dan kondisi bulan
terdingin panas dan kering.
3. Daerah pegunungan
3. Daerah pegunungan
Daerah – daerah dataran tinggi dan pegunungan
di atas 1500 m yang terletak di antara garis isoterm meliputi Etiophia, Peru,
dan Nepal. Keadaan lansekapnya hijau dalam musim lembap dan coklat sampai merah
dalam musim kering. Ciri vegetasi berupa pohon-pohon hijau yang tidak terlalu
tinggi dan terdapat berbagai jenis rumput.
Daerah tropis lembap meliputi :
a. Daerah musim dan savana
lembap
Termasuk daerah ini adalah wilayah massa
daratan yang besar di sekitar garis balik meliputi India, Asia Tenggara, dan
Amerika Selatan. Lansekapnya berupa daerah hutan dan belukar yang selalu hijau
dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan erosi. Terdapat tiga musim yaitu
panas-kering, panas-lembap, dan dingin-kering. Langit biru selama musim kering
dan awan hujan tebal selama musim hujan.
b. Daerah hutan hujan tropis
Daerah hutan hujan tropis berada di sekitar
garis khatulistiwa sampai 15° lintang utara dan selatan. Daerah ini meliputi
lembap sungai Amazon, Afrika tengah, Malaysia, dan Indonesia. Kondisi lansekap
berupa daerah hutan hujan di sekitar pantai dan di daratan rendah khatulistiwa.
Daerah ini memiliki vegetasi yang lebat dan bervariasi berupa lumut, ganggang,
jamur, semak-belukar yang tak dapat ditembus, pohon-pohon tinggi (hutan, rimba,
hutan bakau).
Kondisi
tanah sangat lembap, muka air tanah yang tinggi (kadang mencapai permukaan) dan
merupakan tanah laterit merah dan coklat. Perbedaan musim sangat kecil di mana
bulan terpanas, panas dan lembap sampai basah, sedangkan bulan terdingin panas
sedang dan lembap sampai basah.(http://id.shvoong.com).
Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun
keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang
mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica
(iklim panas), dan iklim laut.
1.Iklim Musim (Iklim Muson).
Iklim jenis
ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode
tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim
musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan
Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan
Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin
muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya
kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
2. Iklim
Tropis/Tropika (Iklim Panas).
Wilayah yang
berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara
Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas
sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan
Naik Tropika.
3. Iklim
Laut
Indonesia
yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan
penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Edvin
Aldrian (2003), membagi Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) daerah iklim, yaitu
daerah Selatan A, daerah Utara – Barat B dan daerah Moluccan C, sebagai mana
dituangkan pada gambar 1.
Gambar 1 : Tiga
daerah iklim menggunakan metoda korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi
daerah A (garis tegas), daerah monsun selatan; daerah B (titik garis
putus-putus), daerah semi-monsun; dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti
monsun.
Wilayah
Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa,
sehingga dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari
tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar
April-September, matahari berada di utara ekuator dan pada Oktober-Maret
matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya
menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian
wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di
selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan.
Unsur iklim
yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena
tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada
yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat
diuraikan berdasarkan pola masing-masing. Distribusi hujan bulanan dengan pola
monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun
timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur
terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis
balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di
atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami
tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak
mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami
tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin
bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara
bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun
sedikit.
Dapat
diamati bahwa hujan maksimum terjadi antara bulan Desember, Januari dan
Februari. Pada kondisi ini matahari berada di garis balik selatan sehingga
udara di atas Australia mengalami tekanan rendah sedangkan di Asia mengalami
tekanan tinggi. Akibat dari hal ini udara bergerak di atas laut dengan jarak
yang cukup jauh sehingga arus udara mampu membawa uap air yang banyak (monsun
barat atau barat laut). Akibat dari hal ini wilayah yang dilalui oleh munson
barat akan mengalami hujan yang tinggi. Atas dasar sebab terjadinya angin
munson barat ataupun timur yang mempengaruhi terbentuknya pola hujan munsonal
di beberapa wilayah Indonesia dapat dikatakan wilayah yang terkena relatif
tetap selama posisi pergeseran semu matahari juga tetap. Namun, perubahan
diperkirakan akan terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi hujannya.
Untuk mempelajari hal ini diperlukan data curah hujan dalam seri yang panjang.
Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa curah hujan
rata-rata tahunan kebanyakan di daerah selatan adalah berkurang atau
menurun sedangkan dibagian Utara adalah bertambah.
Iklim di
Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan
telah meningkat sekiitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan
dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat,
hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini
terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar
2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi
terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam
setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh
kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El
Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998.
2.3 Kebun
Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah
2.3.1 Pengertian
Plasma Nutfah
Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau
ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam
kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar
primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar
kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.
2.3.2 Luas
Area Dan Keragaman Plasma Nutfah
Indonesia termasuk wilayah propinsi botani Malaysia yang keseluruhannya
meliputi semenanjung Malya, kepulauan Philipina, Indonesia dan Papua Nugini
tanpa pulau-pulau Colomon, luasnya mencapai 3.000.000 km2,
meliputi sepertujuh panjang katulistiwa, kebanyakan daerahnya lembab. Secara
biologi daerah propinsi ini termasuk kaya karena diduga dihuni oleh 35.000
jenis tumbuhan atau sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan yang hidup di dunia
saat sekarang. Kekayaan di daerah ini dapat dibuktikan dengan membandingkan
antara pulau Jawa dan Inggris raya yang luasnya 4 x Pulau Jawa hanya dihui oleh
1.500 tumbuhan.
Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan
tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti
Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae,
Zingiberaceae, Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di
daerah-daerah pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada
belahan bumi utara seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan
lain-lain.
Di kawasan
Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu
dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain. Dasar pengetahuan botani
atau untuk dapat dikenal secara botani, daerah seluas 100 km2
diperlukan koleksi herbarium sebanyak 100 nomor. Di Propinsi Malaesia sudah
terkumpul 1.000.000 nomor koleksi. Ini berarti bahwa untuk dapat dikatakan
kekayaan yang ada dapat dikenal secara sempurna masih diperlukan
2.000.000 nomor koleksi lagi, dan koleksi ini kebanyakan bersifat koleksi
botani, maksudnya untuk tanaman-tanaman budidaya dan kultivar-kultivarnya masih
belum ditangani.
2.3.3 Bentuk
Wadah Dan Macam Plasma Nutfah
Wadah plasma nutfah secara alami berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat
berupa hutan, savana, semak, padang rumput, semi padang pasir dan sebagainya.
Macam plasma nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif,
varietas pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan
varietas unggul masa kini.
1. Jenis liar atas dasar sejarah
pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga
kelompok yaitu :
- Jenis-jenis yang mungkin mempunyai
nilai ekonomi, tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.
- Jenis-jenis yang sudah dipetik dan
dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.
- Jenis-jenis yang tidak dipetik
hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian
dibudidayakan dan dimanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar